Apakah kalian tahu kalau di dunia audio professional salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan adalah “mikrofon apa yang dapat digunakan yang tidak menimbulkan feedback ? Nah disini kami akan meringkas konsep rumit tentang efek feedback dari mikrofon—mendalami faktor-faktor yang memengaruhinya dan cara untuk meminimalisir hal tersebut.
Jawabannya untuk pertanyaan tadi adalah, mikrofon seperti itu tidak ada. Feedback dihasilkan dari kombinasi banyak faktor, termasuk penempatan pengeras suara, penempatan mikrofon, dan respons frekuensi dari kedua perangkat dan akustik ruangan.
Ini adalah proses yang rumit. Banyak buku telah ditulis mengenai subjek ini serta rumus matematika yang dibuat tentang efek feedback. Jadi, mari kita rangkum masalahnya.

Apakah itu ?
Feedback adalah osilasi/perambatan gelombang suara yang terjadi dari resonansi frekuensi sistem suara dan ruangan. Sebagai contoh, coba kalian ambil botol soda dan tiup bagian atasnya. Botol akan beresonansi pada frekuensi tertentu tergantung pada volume di dalamnya.
Kalau kalian ubah volume bagian dalam dengan menambahkan cairan maka frekuensi resonansinya akan berubah. Feedback dianalogikan dengan meniup bagian atas botol.
Setiap mikrofon pasti memiliki sedikit perbedaan; oleh karena itu masing-masing akan beresonansi pada frekuensi yang berbeda. Setiap pengeras suara juga sedikit berbeda dan akan beresonansi pada frekuensi yang berbeda pula. Setiap lokasi di ruangan memiliki frekuensi resonansinya sendiri.
Saat penguatan sistem suara meningkat, akhirnya frekuensi resonansi umum yang terjadi akan ditemukan dan sistem (mikrofon – pengeras suara – ruangan) mengalami feedback.
Coba ubahlah suatu komponen, atau lokasi, dan efek feedback juga akan berubah. Kebisingan yang dihasilkan adalah nada bunyi yang berkelanjutan, yang dapat bervariasi, dari gemuruh rendah hingga derit melengking.
Apa penyebabnya ?
Akar penyebab feedback adalah ketidakteraturan dari respon frekuensi dan pola kutub mikrofon, pengeras suara, dan akustik ruangan.
Contoh : kamu punya tiga mikrofon dengan toleransi rentang amplitudo frekuensi adalah +/- 3dB. Pada frekuensi tertentu, dua mikrofon kamu mungkin punya variasi keluaran sebesar 6dB. Pengeras suara bahkan lebih buruk lagi, dapat mencapai variasi amplitudo sebesar +/- 6dB, yang setara dengan rentang +12dB. Akustik ruangan dapat meningkatkan frekuensi tertentu karena resonansi ruangan hingga +/- 12dB ! Sehingga total rentang amplitudo-nya mencapai 24dB. Dengan variasi amplitudo sebanyak ini, tidak mengherankan bahwa mikrofon di lokasi yang sedikit berbeda akan memberikan efek feedback yang berbeda.
Perhatikan juga bahwa setiap kali jumlah mikrofon dalam kondisi terbuka/sedang tidak dgunakan dalam sistem suara digandakan, 1 menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8, dst., maka perolehan gelombang suara yang merambat dari keseluruhan sistem PA akan turun sebesar 3 dB.
Sederhananya, feedback akan terjadi setiap kali suara yang masuk ke mikrofon direproduksi lagi oleh pengeras suara, ditangkap oleh mikrofon, dan diperkuat lagi berulang-ulang. Deru feedback karena osilasi/percepatan perambatan gelombang suara yang terjadi adalah osilasi yang dipicu oleh gelombang suara yang masuk ke mikrofon. Cara termudah untuk membuat efek feedback adalah dengan mengarahkan mikrofon langsung ke pengeras suara, tidak disarankan nda mencoba ini… 🙂
Menempatkan mikrofon terlalu dekat dengan pengeras suara, terlalu jauh dari sumber suara, atau sekadar menaikkan volume mikrofon terlalu keras memperburuk masalah feedback.
Apa yang dapat dilakukan terkait feedback ?
Kalian bisa :
*Mengubah akustik dengan menambahkan dinding bahan penyerap suara.
*Ganti mikrofon yang memiliki frekuensi resonansi berbeda.
*Gunakan monitor in-ear untuk menghilangkan jalur feedback dari monitor pengeras suara ke mikrofon.
*Gunakan EQ-parametrik dengan tepat yang dapat menambah penguatan sebesar 4 hingga 6 dB. Ganti ke pengeras suara dengan respons frekuensi yang sangat halus di semua frekuensi dan semua sudut (sangat menguntungkan !).
Cara termudah untuk mengurangi feedback adalah :
*Pindahkan mikrofon lebih dekat ke sumber suara yang diinginkan.
*Tingkatkan jumlah penguatan daya sinyal sebelum feedback/gain before feedback) dengan menggunakan mikrofon terarah (kardioid, super-kardioid, dll).
*Kurangi jumlah mikrofon yang terbuka.
*Cobalah untuk menjaga mikrofon dan pengeras suara sejauh mungkin.
*Perlakukan ruangan secara akustik (jika memungkinkan) untuk menghilangkan permukaan yang keras dan memantulkan seperti kaca, marmer, dan kayu.
Tapi tunggu – masih ada lagi !
Kalau semua solusi ini udah dilakukan, langkah berikutnya adalah mencari equalizer dan peredam feedback otomatis.
Teknik umum yang digunakan oleh sound-engineer adalah “mengeluarkan” suara dari sistem dengan menggunakan equalizer grafis untuk mengurangi level frekuensi yang dapat menghasilkan feedback terlebih dahulu. Setelah teknik yang dijelaskan di bagian atas diterapkan, naikkan level sistem secara perlahan hingga mulai terdengar efek feedback. Sekarang, masuklah ke equalizer dan turunkan frekuensi yang mengganggu (kira-kira 3dB). Jika umpan baliknya berupa “hoot” atau “howl”, coba potong pada rentang 250 hingga 500 Hz. Nada “nyanyian” mungkin sekitar 1 kHz. “Whistles” dan “creeches” cenderung berada di atas 2 kHz. Umpan balik sangat jarang terjadi di bawah 80 Hz atau di atas 8 kHz.
Setelah menemukan frekuensi penyebab feedback pertama, mulailah menaikkan volume sistem lagi hingga frekuensi berikutnya mulai berdering. Ulangi langkah-langkah ini hingga level yang diinginkan tercapai, tetapi jangan terlalu menyamakan volume. Ingatlah bahwa equalizer hanya dapat memberikan peningkatan level maksimum 3 ~ 9 dB.
Equalizer parametrik, meskipun lebih membingungkan bagi pengguna pemula, memungkinkan kontrol frekuensi feedback yang lebih tepat. EQ grafis memungkinkan pengguna untuk memotong frekuensi tetap dengan lebar filter tetap. EQ parametrik memungkinkan pengguna untuk mengisolasi frekuensi tertentu dan menyesuaikan lebar dan kedalaman filter.
Peredam umpan balik otomatis akan menghasilkan hasil yang sama. Peredam tersebut menemukan dan memotong frekuensi menghasilkan feedback secara otomatis. Peredam feedback otomatis sangat membantu dalam aplikasi mikrofon nirkabel.
Kembali ke prinsip dasar
Ingatlah bahwa penempatan mikrofon sangat penting untuk menghilangkan feedback. Jika mikrofon terlalu dekat dengan pengeras suara, feedback akan terjadi; alat peredam feedback yang baik akan melakukan tugasnya secara lebih cepat daripada operator manusia.
Penerapan teknik ini dengan benar akan sangat membantu dalam menghilangkan feedback dalam sistem suara anda. Jangan hanya mengandalkan equalizer atau alat peredam feedback, dan ingat bahwa feedback dihasilkan oleh lebih dari sekadar mikrofon.